Menyambung materi sebelumnya, bagaimana kita orang tua terus belajar dan menerapkan metode tarbiyah pada anak yang sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Al Quran dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebelumnya sudah kita sebutkan sikap lembut dan penuh kasih, yang kedua bahwa sikap lembut tersebut tidaklah menghilangkan sikap tegas bahkan memberi hukuman pada anak. Hukuman yang pantas dan sesuai dengan umur mereka serta bernilai hikmah atau pelajaran.
Hukuman yang diberikan kepada anak haruslah tetap mengandung kelembutan, peringatan berbuat baik dan melarang akan kemungkaran, bukan hukuman yang keras dan menjadikan mereka tidak memahami maksud dari hukuman tersebut kecuali kekerasan dan luapan amarah orangtuanya.
Sebagai contoh, ketika anak gemar menonton televisi maka sebagai orangtua kita menyiapkan mereka tontonan yang bermanfaat. Mendampingi mereka dengan memberi batasan waktu. Jika mereka melanggar aturan yng disepakati maka hukumannya adalah mengurangi waktu tontonannya atau melarangnya untuk menyalakan televisi seharian. Jika melanggar berikutnya, maka hukumannya bisa bertambah misal tanpa menonton dalam waktu lama.
Dalam masa hukuman tidak membiarkan mereka begitu saja tapi tetap mendampingi dengan menawarkan aktivitas lain yang nilai manfaatnya sama, misal memberi bacaan atau mengajaknya bermain bersama di dalam rumah atau di luar rumah.
Terlebih untuk anak umur di bawah tujuh tahun, maka sebisa mungkin memberi mereka ruang untuk memahami tiap sikap yang diberikan orangtua, walau mereka belum mampu mencerna dengan sempurna tiap nasehat yang diberi tapi bisa melalui teladan yaitu orangtuanya meluangkan waktu dan mendampingi mereka dan memperlihatkan kepada mereka sikap-sikap yang terpuji.
(bersambung)
