Cerita tentang lelaki itu telah membuat hatiku bergetar. Pikirku melayang ke ribuan tahun lalu. Saat dia menahan rasa kecewanya di dalam masjid karena tidak mendapat giliran membaca ke guru beliau, karena antrian membaca sudah cukup hari itu. Yang dahulu datang maka merekalah yang didahulukan.
Lalu beliau berkata, “Aku datang bersafar dari Mesir ke Madinah demi untuk membaca Al Qur’an kepadamu…”
Syekhnya menjawab, “Menginaplah di masjid ini, agar besok subuh engkau mendapat giliran pertama membaca kepadaku.”
Esok harinya, dia pun duduk di hadapan gurunya, membaca dengan bacaan yang sangat indah. Sampai selesai jatah ayat yang diberikan kepadanya. Berdiri seorang murid yang lain dan berkata, “Syekh, berikanlah jatah 10 ayatku ke dia…” lalu yang lainnya pun ikut mengatakan yang sama, masyaallah!
Apa karena teman-temannya kasihan akan jauhnya dia datang demi menuntut ilmu?!
Sungguh, mereka semua tertawan dengan keelokan bacaannya!! Sehingga ingin lebih lama mendengarnya melantunkan ayat-ayat Allah Ta’ala.
Dia seorang lelaki yang putih kulitnya, berisi badannya, pendek posturnya, dan mengenakan pakaian yang pendek. Sampai gurunya selalu menyebutnya dengan julukan seekor burung yang menyerupai perawakannya…
“Duduklah yaa Warsyaan. Bacalah yaa Warsyaan. Berdirilah yaa Warsyaan…”
Julukan yang bukan membuat lelaki ini merasa direndahkan, bahkan dia bangga dan berkata, “Guruku Imam Naafi’ memanggilku dengan nama ini!”
Nama yang akhirnya dikenal seluruh dunia, bacaannya digunakan di beberapa negara, dan dipelajari di majelis-majelis qira’ah
Beliaulah Imam Warsy; Abu Sa’id ‘Utsman Al Mishriy!!
Beliau mengkhatamkan bacaannya ke gurunya sebanyak empat kali, lalu kembali ke Mesir dan duduk mengajarkan Al-Qur’an sampai akhir hidupnya.
Subhanahu wa Ta’ala… Pesan dosen saya (hafizhahallahu),”Tanamlah kebaikan di hari-hari kalian, jangan pikirkan bagaimana bentuk buahnya, itu urusan Allah Ta’ala. Jangan tunggu apa yang kalian tanam langsung berbuah dan kalian nikmati hari ini juga. Lihatlah para imam ini, mereka terus menanam sampai buahnya dinikmati seluruh alam, bahkan saat mereka tiada lagi dalam kehidupan.”
Yaa Rabb… Jadikanlah kami hamba-hamba yang selalu menanam kebaikan, berkahi dan istiqamahkan kami selamanya di jalan iman. Amin Yaa Rabb!
@Buraydah, 18 Sya’ban 1443 H
Ummu Faari’ AR ✍🏻 #dheear
MasyaAllah ustadzah.. Membaca tulisan2 ustadzah mjd salah satu cara Allah menenangkan hati sy saat ini yg qadarullah sdg diberi nikmat ujian Allah. Alhamdulillah ala kulli haal. Semoga Allah selalu melindungi ustadzah..diberi kesehatan. Aamiin. Barakallahu fiikum.