Sekilas kulihat lelaki itu duduk di tangga kampus yang berada di lantai dua, sedikit kupelankan langkahku dan mengucap kata permisi padanya, dia menoleh dan tersenyum..“hujan..mau pulang?” iya, jawabku sembari bersikap ramah..
Berdiri kutatap bulir-bulir hujan yang semakin menderas, tak sangka lelaki itu menghampiri dan menawarkan sebuah payung padaku. Dengan sopan kuberkata “ga usah, saya naik motor “
Ah, kenapa mantel yang selalu terselip di motorku terlupa pagi tadi. Hujan ini cukup membuatku ragu untuk melanjutkan langkah pulang. Akhirnya, kuputuskan kembali ke ruang kantor lantai dua..suara azan yang berkumandang mengharuskan untuk kutunaikan shalat ashar sebelum betul-betul meninggalkan tempat ini.
Deru suara hujan semakin dahsyat menghampiri gendang telingaku, Ilahi..hujan ini seperti badai saja. Dan tinggallah saya sendiri di tempat yang hanya ada hujan dan diriku.
Eh, ternyata saya tidaklah sendiri..lelaki yang ternyata cleaning service kampus kembali menyapa.. “naik motor ya?” jawabku “Iya. Saya lupa bawa mantel pak”
“oh tinggal dimana”
“di manggala pak”
” saya ada mantel..pakai saja, saya tinggal di jalan malino“
Waduh..lebih jauh sepertinya pak, dalam hati saya..tubuhnya yang sedikit ringkih membuatku tak tega untuk menerima tawarannya … saya pun hanya tersenyum “sepertinya dengan mantel juga saya basah pak, ga papa nunggu reda aja”
Percakapan diatas biasa saja..tapi yang ingin kukatakan..di balik kesederhanaannya ada ketulusan. yang mungkin tak banyak didapatkan di hari ini. Di hari dimana setiap kita lebih sering mementingkan kepentingan sendiri..
Yah, hujan ini telah mengantarkanku pada banyak kisah..kisah yang mungkin tak akan kualami tanpa hujan.
Terima kasih pak..untuk payung tadi..untuk waktu menemaniku menghilangkan sepi..untuk mantel yang hanya satu dan lebih kau perlukan…
@setiap manusia itu mulia..dengan ketulusan yang tak terperi! (Dhee~AR)