Renungan

MASUK RAUDHAH NABI DI MASA PANDEMI

Berkali-kali kami ke sini, raudhah adalah destinasi utama yang kami harapkan. Kenyataannya selalu tertunda karena berbagai kondisi. Dan keyakinan Allah Ta’ala telah mempersiapkan waktu terbaik untuk masuk dan merayu rindu kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam.

Jadwal masuk kami pagi ini, awalnya bingung dengan pintu masuk. Di tashrih(izin) pintu 24, kiranya bisa masuk pintu mana saja seperti biasa, di dalam baru ke pintu tunggi raudhah no.24. Ternyata sekarang tidak demikian. Pengamanan berlapis dari teras masjid, masyaallah. Pengunjung Raudhah mesti duduk menunggu di sajadah teras beberapa meter dari palang-palang pintu masuk yang di jaga hampir puluhan petugas.

Dari lapisan pertama, petugas laki-laki meminta pengunjung memperlihatkan tasrih dari aplikasi eatmarna, lalu masuk berjalan ke petugas selanjutnya dengan batasan minimal 1 meter dengan pengunjung lainnya.

Pemeriksaan suhu sembari berjalan melewati lapisan demi lapisan petugas. Rapi dibuat sesempit mungkin agar tak ada yang menerobos mendahului.

Lapisan terakhir di luar masjid adalah scan barcode tasrih dari aplikasi eatmarna. Barulah berjalan masuk ke pintu masjid.

Pengunjung wajib berjalan dengan perlahan, berjarak, dan mengikuti rambu-rambu yang ada. Pertama pembersihan tangan dengan cairah handitizer di gerai. Kemudian lanjut berjalan memasuki masjid dan mengikuti arahan petugas untuk duduk dalam shaf antrian pengunjung.

Sampai tiba waktu masuk sesuai yang tercantum dalam tashrih, dan kami melihat bagi pengunjung yang berumul lanjut atau menggunakan kurai roda didahulukan di baris depan, masyaallah.

Satu yang tak pernah kami temukan sebelum pandemi, dan ini yang sangat-sangat kami terharu. Suara lembut dari para petugasnya dan sambutan yang sangat-sangat ramah. Hampir semua yang kami lewati berucap,
“Ahlan wa marhaban atas kedatangan dan kembalinya kalian di tempat yang diberkahi ini.” Ya Rabb…belum juga sampai raudhah sudah banjir airmata.

Pintu Raudhah dibuka dan dipersilakan bagi pengunjung di shaf pertama masuk terlebih dahulu, disusul shaf kedua, dan seterusnya.

Tidak ada suara riuh. Tidak ada yang berdesakan. Tidak ada yang mendorong sambil berlari. Semuanya khidmat dan shadu. Membuncah kerinduan yang hampir setahun bergemuruh.

Tersungkur di atas sajadah shaf terdepan raudhah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, penuh haru dna khidmat dalam shalat para pengunjung. Tidak ada yang mendesak apalagi menginjak. Semua teratur dengan jarak. Tiap pengunjung diberi waktu 10 menit berada di dalam, lalu dipersilakan beranjak keluar mengikuti rambu-rambu yang ada.

Terakhir sebelum pintu keluar, pengunjung wajib ke gerai petugas untuk mencuci tangan dengan handytizer dan diberi sebotol air zam-zam. Ucapan selamat dan doa didengarkan dari petugas yang berjaga.

Ya Rabb, sungguh indah dien-Mu dan betapa mulia Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Izinkan kami kembali ke sini, bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Memanjatkan doa yang terkabulkan, insyaallah. Kebaikan dan kemuliaan untuk seluruh kaum muslimin dan muslimaat. Allahumma Amin.

@Haram Madaniy, 12 Rabiul Awwal 1442

Tags

Dhee~AR

Sebuah karya dari peradaban fikir dan hati tersusun dan terekspresikan dalam kotak nyata sebuah masa.Blog ini kami hadirkan sebagai bentuk ibadah dalam rangkaian silaturrahim. Kami hanya ingin setitik ridho yang mampu menjadikan kami QURRATA~A'YUN dalam lingkup masa dunia dan akhirat.

Related Articles

One Comment

  1. MasyaAllah, semoga Allah memberikan karunia-Nya agar kami juga dapat menginjakkan kaki di Raudhah Nabi. Aamiin allahumma aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close