Saudariku muslimah yang Allah cintai,
Dunia ini dicipta dengan segala ketetapan Allah Ta’ala atasnya. Berbagai cerita dan langkah tertapaki di atasnya. Ujian demi ujian, karena sejatinya dunia adalah tempat ujian. Apakah atas diri kita, keluarga kita, harta kita, pekerjaan kita, bahkan lingkup besar: masyarakat dan umat manusia.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, ketika Sa’ad bin Abi Waqqash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun”.
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”(QS. Al Ankabuut:1-3)
Allah Ta’ala telah menguji kita_manusia_ mulai dari penciptaan,
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”(QS. Al Insan:2-3)
Mari kita tengok bagaimana ujian para hamba pilihan Allah Ta’ala, yaitu para nabi ‘alaihimussalaam.
Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusi pilihan dan kekasih-Nya. Seberapa banyak dan berat ujian dalam kehidupannya. Bermula menjadi yatim piatu, lalu dilempari batu, diburu, semua dijalaninya dengan kesabaran, percaya pada Rabbnya, serta mengharapkan pahala atasnya. Apa yang diperolehnya?! Balasan istimewa di dunia dan akhirat, langsung oleh sang pemilik kehidupan.
Nabi Musa ‘alaihissalaam, ketika diwahyukan kepadanya,
“Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).”(QS. Thahaa:13)
lalu di ayat lainnya,
“Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,”
menunjukkan betapa dicintainya Musa oleh Allah Ta’ala. Lihat ujiannya saat diperintahkannya menemui Fir’aun, menyampaikan tauhid. Ditolak bahkan ingin dipertontonkan di hadapan manusia bahwa dia hanyalah seorang penyihir. Apakah Musa berani menghadapi mereka?! Ada ketakutan di hatinya, tapi Allah membersamainya dan Musa senantiasa taat dengan apa-apa yang diperintahkan atasnya.
Sehingga para penyihir Fir’aun menyaksikan mukjizatnya dan bersujud beriman kepada tuhannya Musa, Allah ‘Azza wa Jalla.
Saat ujian diberikan, jangan pernah tinggalkan ayat-ayat Allah Ta’ala. Minta petunjuk dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya
Muslimah yang dirahmati Allah…
Ujian dunia bukan hanya berbentuk musibah, terkadang ia hadir dalam bentuk nikmat. Maka pahamilah hakikatnya.
Sebagaimana ujian yang diberi kepada Qarun, telah dinasehatkan kepadanya dan juga kepada kita semua ketika ujian nikmat yang datang,
“”Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS. Al Qashash:76-77)
Ujian apapun bentuknya, untuk menjadikan seorang hamba lebih banyak bermuhasabah. Menjadikan kehidupannya ini istimewa dengan bersabar dan berbaik sangka kepada Allah Ta’ala. Allah berhak untuk menakdirkan atas hamba-Nya, dan sungguh Dialah yang maha pengasih lagi maha lembut atas kita semua.
Salah satu jalan untuk kita merasakan nikmatnya keimanan adalah meyakini bahwa apa-apa yang terjadi atas kita adalah ketetapan dari Allah Ta’ala dan kita berimana kepada ketetapan baik dan buruk dari-Nya.
Dengan itu pula, Allah mencintai hamba-hambaNya yang berusaha untuk mencegah ujian hidupnya, dengan berusaha menghindari sebab-sebabnya dan ketika ujian itu datang dia berusaha menyelesaikannya dengan berbagai cara.
Seorang hamba wajib bertawakkal kepada Allah Ta’ala tapi itu setelah dia berusaha seberjuang mungkin melewatinya. Itulah seorang mukmin.
Bagai segenggam garam di lautan, hati seorang hamba yang meyakini bahwa dunia ini tempatnya ujian, maka setiap kali ujian itu datang rasanya sama saja. Tidak menjadikan air asinnya pahit, tapi menilainya istimewa dari rasa air yang lain, bahkan sebagiannya menjadikannya obat dan penawar sakit.
Semoga Allah menganugerahi kita kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi semua ujian. Semoga Allah ridha dan berkahi seluruh usaha kita dalam
kebaikan. Amin Yaa Rabb.
@Buraydah, Akhir musim semi.